0%
logo header
Jumat, 27 Oktober 2023 19:23

Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (2): Terpilih dari Seratusan Anak

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (2): Terpilih dari Seratusan Anak

REPUBLIKNEWS.CO.ID, — Sulis tidak memiliki hubungan keluarga dengan Haddad Alwi yang berasal dari Yaman. Nama lengkapnya Habib Haddad Alwi Assegaf.

Haddad Alwi dikenal sebagai pelantun lagu-lagu rohani muslim dan berhasil mencatatkan sebagai album rohani terlaris sepanjang sejarah musik Indonesia. Pria kelahiran Solo 13 Maret 1966 ini pernah berkolaborasi dengan Gita Gutawa dan Tasya dalam album ‘Jalan Cinta 2”.

Sebelum bertemu Sulis di Solo, Haddad Alwi sudah merilis dua album. Sekali waktu, pria berdarah Yaman ini ingin membuat album salawat versi anak-anak. Dia pun terbang ke mana-mana mencari anak-anak berbakat. Belum ditemukan anak-anak yang pas membawakan salawat versi anak-anak itu. Dalam pencariannya, Haddad Alwi tiba di Solo.

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (6-Habis): Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Haddad Alwi pun menemukan Sulit di masjid Yayasan Al Ihya yang dibangunnya bersama Haydar Yahya. Ratusan anak dites satu demi satu. Hasil tes awal ini melahirkan 25 nominator. Mereka itu diagendakan sebagai ‘backing vocal”, bukan sebagai penyanyi.  Dari 25 orang itu diseleksi lagi hingga mengerucut pada tiga anak. Sulis salah seorang di antara ketiga anak tersebut.

“Nanti akan dites lagi. Yang suaranya bagus akan diajak menyanyi. Diajak duet menyanyi dengan orang dari Jakarta,” kata Haddad Alwi seperti ditirukan Sulis dalam perbincangan dengan penulis.

Setelah terpilih tiga besar, bersamaan dengan kemunculan Haddad Alwi di Solo.

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (5): Sulistiyowati Perempuan Berhati Mulia

“Yang mana yang mau dipilih,” kata Sulis menirukan orang yang menyeleksinya waktu itu.

“Yang ini,” kata Haddad Alwi mengarahkan telunjuknya ke Sulis yang kemudian meresponnya dengan menundukkan wajahnya karena masih  malu-malu dan minder.

“Siapa namamu?,” Haddad Alwi bertanya. “Sulis,” sahut perempuan dua anak yang pernah belajar di Universitas Paramadina yang kala itu dipimpin Anis Baswedan selaku Rektor.

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (3): Nama Meroket Lewat “Cinta Rasul”

Sulis mengakui, mengetahui namanya yang dipilih, awalnya dia takut, minder, dan malu-malu. Tidak cukup percaya diri. Waktu terpilih itu, Sulis duduk di kelas 3 SD Sangkrah. Dia mengakui, Haddad Alwi memilih dirinya setelah mendengar lantunan suara Sulis saat tes berlangsung.

Setelah terpilih muncul masalah baru. Haddad Alwi menawarkan pilihan. Mau tetap berkarier di Solo atau hijrah ke Jakarta. Sulis pun berembuk dengan kedua orang tuanya. Juga dengan kedua kakaknya. Diputuskan, Sulis harus meninggalkan Solo. Pada tahun pertama, Sulis dan Ibunya yang menuju ibu kota. Setahun kemudian, Sumadi, ayahnya, bersama Rina dan Dewi, kakaknya, menyusul.

Menurut pengakuannya, Sulis tidak pernah bercinta menjadi penyanyi. Yang ada di benaknya hanya ingin menjadi guru. Dengan menjadi guru dia bisa mengajar dan bertemu anak-anak kelak. Sulis memang suka kumpul dengan anak-anak. Ya, kumpul bocah!

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (1): Bermula Nyanyi Jelang Pulang Sekolah

Pada tahun 1998, setahun sebelum menemukan Sulis, Haddad Alwi bersama teman-temannya yang dipimpin oleh Haydar Yahya membentuk sebuah grup dengan nama “Studio 12” yang melahirkan dua buah album solo Haddad Alwi berjudul “Nur Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wa Alihi Wa Sallam” dan” Ziarah Rasul”. Album sederhana ini mendapatkan perhatian dari masyarakat luas khususnya dari kalangan anak-anak.

Di sela-sela menyanyi, Sulis senang menulis. Dia mengusahakan, setiap anaknya memiliki buku sendiri. Perempuan ini mengagendakan, pada saat mereka menikah kelak – Insha Allah –akan memberikan buku itu yang berisi kisahnya sejak  bayi hingga besar. Berisi cerita apa saja tentang anak-anaknya. Bagaimana mereka tumbuh giginya pada usia berapa. Lahir di mana. Putus tali pusarnya pada saat berumur berapa?

Salah satu di antara tulisannya mengenai tinju. Sulis sangat menyenangi  Naseem Hamed, petinju berdarah Yaman kelahiran Sheffield, Inggris 12 Februari 1974 dan bergelar ‘Prince Naseem” atau Naz. Petinju asal Inggris ini berkompetisi secara profesional antara tahun 1992 hingga 2002. Dia memegang beberapa sabuk juara World Boxing Organization (WBO) – Organisasi Tinju Dunia — dari tahun 1992-2000. Manyandang gelar Internasional Boxing Federation (IBF) – Federasi Tinju Internasional – pada tahun 1997. Dan, gelar juara World Boxing Confederation (WBC) – Konferederasi Tinju Dunia – dari tahun 1999 hingga 2000.
“Saya suka dia karena sangat entertain (menghibur),” ujar Sulis yang sejak kecil setiap Ahad pagi bersama ayahnya selalu setia di depan layar kaca menyaksikan pertandingan olahraga keras itu.

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (1): Bermula Nyanyi Jelang Pulang Sekolah

Sulis pun menyenangi Mohammad Ali, petinju yang digelari ‘mulut besar’ yang lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr, 17 Januari 1947. Ali merupakan petinju paling penting pada abad XX. Dia dikenal sebagai petinju inspiratif, kontroversial, dan berpengaruh, baik di dalam maupun di luar ring., Dari total 61 pertandingan yang dijalaninya, Ali memenangi 56 laga di antaranya. Tidak pernah seri, 37 pertandingan di antaranya dia menangkan dengan ‘knock out’ (KO) – memukul jatuh lawan. Dia  berpulang pada 3 Juni 2016 setelah menderita penyakit Parkinson selama beberapa tahun.

Penyakit ini, suatu gangguan sistem saraf dan kerusakan sel saraf di otak yang memengaruhi gerakan, sering sering berujung pada gejala Parkinson.

Di dalam negeri sendiri, Sulis juga menyenangi Daud Yordan. Kerap disapa dan ditulis Daud ‘Cino’ Yordan, petinju professional ini pernah dua kali menyandang juara dunia versi Internnational Boxing Organization (IBO) – Organisasi Tinju Internasional. Nama ;Cino’ yang melekat pada nama petinju kelahiran 10 Juni 1987 ini diberikan oleh mantan pelatihnya ketika masih di tinju amatir, Carlos Jesus Renate Tores yang asal Kuba. Nama ‘Cino’ merujuk pada bahasa Spanyol ‘Chino’ lantaran muka Daud Yordan yang sangat khas, kental oriental (Cina). Ternyata, ayah Daud Yordan, Hermanus Lay Tjun adalah orang Tionghoa Indonesia yang menikah dengan perempuan Dayak bernama Nathalia. Dalam karier tinjunya, Daud Yordan menjalani 47 kali pertandingan, 42 laga dia menangkan, 30 pertandingan diselesaikan dengan KO. Tidak pernah seri dan mengalami 4 kali kalah.

Baca Juga : Tak Sengaja Jumpa Sulis, Salawat Rasul (1): Bermula Nyanyi Jelang Pulang Sekolah

Akhirnya, setiap ada ada pertandingan, Sulis tidak mau melewatkannya. Dia pun menggemari olahraga tinju. (*)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646