0%
logo header
Rabu, 15 Mei 2024 20:40

Tinjau Lokasi Banjir di Salor Merauke, Pj Gubernur Papua Selatan Santuni Para Korban

M. Imran Syam
Editor : M. Imran Syam
Pj Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo, meninjau lokasi banjir di Salor, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, (15/05/2024). (Istimewa)
Pj Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo, meninjau lokasi banjir di Salor, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, (15/05/2024). (Istimewa)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MERAUKE — Penjabat (Pj) Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo meninjau lokasi banjir dan menyantuni warga terdampak di Salor, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Rabu (15/05/2024).

Banjir yang melanda warga di Salor, Distrik Kurik Merauke ini menyebabkan ratusan hektare sawah dan rumah terendam air dengan ketinggian 1 meter (setinggi paha orang dewasa).

Bencana banjir ini terjadi di 4 kampung di Salor, Distrik Kurik yakni Kampung Telaga Sari, Wapeko, Sumber Rezeki dan Sumber Mulya. Kondisi air tergenang sudah selama 2 pekan sejak, Minggu (05/05/2024) lalu.

Baca Juga : Kejari Merauke Sidik Perkara Dugaan Tipikor Pembangunan Lanjutan Kantor Bupati Baru Boven Digoel

Dalam kunjungan, Pj Gubernur Apolo Safanpo didampingi Asisten I Sekda Papua Selatan, Agustinus Joko Guritno dan pimpinan OPD menyambangi warga terdampak di pengungsian Kampung Salor Indah dan menyerahkan bantuan berupa bahan makanan dan obat-obatan.

Selain memberikan bantuan, Apolo Safanpo juga menyerap keluhan warga korban banjir. Warga meminta bantuan alat berat guna membersihkan drainase, kendaraan evakuasi, dan persediaan air bersih.

Menanggapi keluhan warga, Pj. Gubernur Apolo Safanpo mengatakan Pemprov Papua Selatan siap membantu dan memenuhi permintaan warga terdampak dengan memfasilitasi tindakan pertolongan pertama. Pemprov juga akan melakukan kajian untuk merencanakan langkah antisipasi banjir di masa depan.

Baca Juga : Rumah Perjuangan Paslon Bupati Hendrik-Riduwan di Distrik Kurik Merauke Diresmikan

“Saat ini kita ketahui bersama bahwa kita sedang mengalami musibah, ada empat kampung yang terdampak banjir di Distrik Kurik. Oleh karena itu kita upayakan untuk melihat langsung masyarakat kita yang terdampak dan meringankan kebutuhan mereka,” kata Apolo Safanpo.

“Komitmen pemerintah provinsi dalam menanggulangi bencana banjir ini adalah memastikan warga terdampak mendapatkan bantuan sesuai kebutuhan serta berupaya mencegah terulangnya banjir di masa depan,” pungkasnya.

Kepala Kampung Telaga Sari, Trianto menyebut, ada 468 kepala keluarga dan 1.560 penduduk di Telaga Sari. Air yang menggenangi rumah-rumah di sana, menyebabkan 80 persen warga mengungsi ke kampung tetangga. Selain itu, 950 hektar sawah juga terendam air.

Baca Juga : Plat Kendaraan Bermotor di Papua Selatan Resmi Berganti dari PA ke PS

“Warga kami mengungsi ke Salor Indah. Mereka ditampung di gedung serbaguna yang menjadi pos pengungsian di sana. Ada juga yang menumpang dengan keluarga di sana. Beruntungnya padi musim tanam pertama sudah dipanen, itu sekitar 80 persen yang dipanen. Hanya untuk tanam kedua warga tidak bisa menanam,” kata Trianto.

“Fasilitas publik seperti sekolah, kantor-kantor pemerintahan kampung, tempat-tempat ibadah ada lengkap, tapi semua diliburkan karena terdampak banjir. Wilayah yang terdampak banjir sudah 100 persen di sini. Penyakit yang dialami itu keluhan gatal-gatal dan demam,” sambungnya.

Sementara, Kepala Kampung Sumber Rejeki, Bambang mengatakan terdapat 48 kepala keluarga yang terdampak banjir di Telaga Sari. Ada beberapa keluarga yang mau dievakuasi atau diungsikan ke balai kampung di sana, sisanya memilih bertahan di rumah mereka. Di pos pengungsian itu, pemerintah kampung menyediakan dapur umum dan sejumlah fasilitas.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

“Di sini ada 203 KK, dengan jiwa sekitar 500 orang. Yang terdampak banjir ada 48 KK. Empat hari terakhir tidak turun hujan, tapi debit air terus naik setiap harinya. Kami coba memantau air di sejumlah titik secara manual, dan rata-rata air naik sekitar 3-4 centimeter per harinya,” kata Bambang.

Terkait pertanian di sana, Bambang mengatakan bahwa warganya hanya bisa memanen sekitar 30 persen dari musim rencengan atau musim tanam pertama. Sementara untuk musim tanam kedua tahun ini, hanya sekitar 30 persen lahan yang bisa digarap, karena sebagian besar lahan pertanian sudah terendam.

“Sekitar 70 persen lahan yang tidak bisa dipanen dan digarap kembali, karena sudah terendam air. Kami bersyukur ada bantuan dari pemerintah daerah baik itu dari kabupaten maupun provinsi serta instansi-instansi terkait,” tutupnya.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

Kepala Distrik Kurik, Mariana Belekubun mengatakan, ada empat kampung yang dilanda banjir, yakni Sumber Mulia, Telaga Sari dan Wapeko. Kampung yang terdampak sangat parah adalah Telaga Sari, dan 1.500 jiwa di sana telah mengungsi ke wilayah yang aman.

“Ada 13 kampung di Distrik Kurik. Yang dilanda banjir yaitu Kampung. Sumber Mulia yang sekarang sudah mulai surut airnya. Terus yang terdampak parah itu Telaga Sari, Sumber Rejeki, dan Wapeko yang airnya baru naik. Di Sumber Rejeki sekitar 40-an keluarga yang terdampak, di Wapeko sekitar 10 keluarga,” katanya.

Mariana Belekubun mengatakan banjir di wilayah Kurik itu disebabkan air Kali Kumbe yang meluap. Beberapa hari terakhir tidak turun hujan di wilayah distrik itu, hanya saja diperkirakan hujan di daerah hulu menyebabkan air sungai meluap dan terjadinya banjir.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

Salah satu warga Telaga Sari, Junaedi mengkritisi alih fungsi lahan di wilayah Kabupaten Merauke. Pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan dan industri diduga menjadi penyebab utama banjir di sejumlah wilayah di sana. Pemerintah  diminta untuk mengkaji ulang investasi perkebunan di kabupaten itu, termasuk soal analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

“Banjir di wilayah kami ini karena air kiriman dari atas (hulu yang sebagian besar merupakan area perusahaan perkebunan). Akibat pembukaan lahan besar-besaran itu mengakibatkan kami yang terdampak banjir,” ujar Junaedi.

“Jadi pemerintah kalau ada investor yang mau masuk beroperasi tolong diperhatikan Amdal dan lain-lain sebagainya. Itu tolong dikaji ulang. Karena hutan kita nantinya akan semakin gundul, kita juga akan semakin tenggelam,” tutupnya. (*)

Penulis : Hendrik Resi
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646