0%
logo header
Minggu, 04 Februari 2024 09:45

Bahas Hilirisasi Pertanian, Aisyah Tiar Arsyad Edukasi 10 Ribu Petani di Kota Palopo

Rizal
Editor : Rizal
Akademisi sekaligus politisi Tanah Luwu, Aisyah Tiar Arsyad bersama Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dalam pertemuan dengan petani di Lapangan Pancasila, Palopo, Sabtu (3/2/2024). (Foto: Istimewa)
Akademisi sekaligus politisi Tanah Luwu, Aisyah Tiar Arsyad bersama Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dalam pertemuan dengan petani di Lapangan Pancasila, Palopo, Sabtu (3/2/2024). (Foto: Istimewa)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, PALOPO – Akademisi sekaligus politisi Tanah Luwu, Aisyah Tiar Arsyad memberikan edukasi dan motivasi kepada para petani. Hal itu dilakukan dalam pertemuan antara Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dan petani di Lapangan Pancasila, Palopo, Sabtu (3/2/2024).

Dihadapan kurang lebih 10 ribu petani, Aisyah yang diundang sebagai salah satu narasumber memaparkan sejumlah materi. Salah satunya yang dibahas Caleg DPR RI Partai Gerindra dari Dapil Sulsel III itu terkait hilirisasi pertanian.

Hilirisasi adalah proses pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi. Dengan kata lain, hilirisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk dengan cara mengolahnya menjadi produk yang lebih kompleks dan bernilai jual lebih tinggi.

Baca Juga : Demi Gaya Hidup Sehat, Herbathos Kenalkan Produk Herbal di Acara F8 Makassar

“Setelah dipanen lalu apa yang bisa meningkatkan penghasilan petani, yaitu hilirasasi. Sulsel ini adalah 10 besar provinsi penghasil kakao, cengkeh, kopi, sagu, lada, terbesar di Indonesia, dan khusus di Luwu Raya ini ada berbagai komoditi,” kata Aisyah mengawali materinya.

Sejauh ini kata dia, petani cenderung ketika selesai tanam mereka hanya panen tidak berpikir untuk mengolah. Itulah yang harus dipikirkan kedepannya bagaimana petani juga bisa mengolah dan mengemas.

“Kalau bicara tentang keberlanjutan dan ketahanan pangan, kita harus bicara tentang tantangan yang ada. Apa itu, tentunya berhubungan dengan pasar, yaitu pasar ekonomi dunia,” sebutnya.

Baca Juga : Pemkab Gowa Susun SOP Layanan Pencegahan Perkawinan Anak

Aisyah menjelaskan bahwa pasar global sangat membutuhkan produksi pertanian Indonesia, salah satunya kopi, kakao dan komoditi yang ada.

“Contoh harga biji kalau diluar itu bisa sampai Rp90 ribu per kilogram, tentunya ini sangat jauh jika teman teman petani hanya menjual begitu saja,” tuturnya.

Olehnya itu dari sisi akademisi, putri pengusaha ternama Arsyad Kasmar ini ingin memberikan usulan dan saran kepada petani bahwa pentingnya petik, olah, kemas, dan jual.

Baca Juga : Bawaslu Sulsel Temukan Puluhan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN, Pinrang Terbanyak

Pertama diharapkan adanya pengolahan tempat pengolahan dan pengemasan, itu dapat dilakukan oleh koperasi tani atau bumdes dan lainnya.

“Kedua, kita harapkan pemerintah dapat memberikan kebijakan anggaran yang tentunya harapannya bisa menciptakan proses implan. Ketiga, infrastruktur tersebut diharapkan didampingi pelatihan SDM petani yang akan melibatkan berbagai pihak, dinas dan kolaboratif,” beber Aisyah.

“Biasanya petani bingung setelah mengolah dan mengemas mau dijual dimana. Inilah pentingnya pemasaran,” tutupnya. (*)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646