0%
logo header
Minggu, 26 Mei 2024 00:12

Ceramah di Depan Ribuan Umat Muslim Merauke, Gus Miftah Puji Sikap Toleransi Masyarakat Papua Selatan

M. Imran Syam
Editor : M. Imran Syam
Ulama Kondang asal Yogyakarta, Gus Mifta, saat memberikan Tausyiah di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Sabtu (25/05/2024). (Foto: Hendrik Resi / republiknews.co.id)
Ulama Kondang asal Yogyakarta, Gus Mifta, saat memberikan Tausyiah di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Sabtu (25/05/2024). (Foto: Hendrik Resi / republiknews.co.id)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MERAUKE – Ulama Kondang asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal dengan Gus Miftah memuji sikap toleransi umat beragama masyarakat di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Pujian tersebut disampaikan Gus Miftah memberikan Tausyiah atau ceramah rohani di hadapan kurang lebih 10 ribu umat Muslim dalam Tablig Akbar di lapangan Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, Sabtu (25/05/2024).

“Hari ini saya akan beritakan bahwa Papua baik-baik saja. Bahwa orang Papua sangat menjunjung tinggi toleransi. Saya bangga berada di Merauke Papua Selatan yang kaya akan keberagaman suku dan agama,” ungkap Gus Miftah.

Baca Juga : Kejari Merauke Sidik Perkara Dugaan Tipikor Pembangunan Lanjutan Kantor Bupati Baru Boven Digoel

“Indonesia adalah rumah besar yang memiliki 6 kamar yakni kamar Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghutsu. Kalau orang Indonesia kembali ke kamarnya masing-masing tidak akan terjadi masalah, yang masalah kalau kita kembali ke kamar orang lain,” sambungnya.

Dalam momen Halal Bi Halal yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten Merauke ini, Gus Miftah diundang khusus oleh Bupati Romanus Mbaraka untuk berceramah yang menanamkan rasa toleransi dan kerukunan umat beragama melalui siraman rohani itu.

Gus Miftah yang merupakan seorang mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta mengajak ribuan umat Muslim yang hadir untuk merawat kerukunan beragama di Kabupaten Merauke, Papua Selatan yang terkenal kaya keberagaman suku, agama, ras dan golongan.

Baca Juga : Rumah Perjuangan Paslon Bupati Hendrik-Riduwan di Distrik Kurik Merauke Diresmikan

“Perbedaan suku dan agama, melahirkan adat dan budaya yang berbeda. Semakin banyak suku dan agama, semakin banyak pula perbedaan yang kita miliki. Hargailah masing-masing budaya dan agama itu. Gak boleh kita mengatakan budaya dan agama kita lebih baik dari pada orang lain,” kata Gus Miftah.

“Pertahankanlah kearifan lokal dengan segala perbedaannya. Allah ciptakan Indonesia begitu indahnya, dengan berbagai perbedaan yang merupakan kekayaan bangsa kita,” sambungnya.

Ulama yang dikenal sebagai tokoh toleran dan moderasi ini mengingatkan seluruh umat di Merauke, Papua Selatan untuk berbangsa dan beragama yang membahagiakan hati dan menyenangkan sesuai dengan hati nurani dan pilihan masing-masing individu.

Baca Juga : Plat Kendaraan Bermotor di Papua Selatan Resmi Berganti dari PA ke PS

“Soal agama, kita punya pilihan masing-masing. Kita beragama Islam, karena Islam datang dari Arab, seperti kata Bung Karno kita ambil agamanya tetapi bukan budayanya. Silahkan beragama sesuai dengan pilihan hati nurani. Yang Islam silahkan ke Masjid dan yang Nasrani silahkan ke gereja, begitu pun agama yang lain,” ucapnya.

“Kamu boleh jadi orang Islam tetapi jangan jadi orang Arab. Kamu boleh jadi orang Katolik tetapi jangan jadi orang Italia. Kamu boleh jadi orang Hindu tetapi jangan jadi orang India. Karena kita dipersatukan dalam satu negara yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pesan Gus Miftah.

Dia menegaskan setiap umat beragama berhak memeluk dan melaksanakan ibadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing tanpa gangguan dan intimidasi dari pemeluk agama lain yang berbeda.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

“Kalau orang Islam merayakan Idul Fitri dengan nyaman, orang Kristen/Katolik pun berhak merayakan Natal dengan nyaman. Begitu pula Hindu dan Buddha. Ada masjid, saya dorong orang Islam untuk ke mesjid, karena mesjid adalah sarana yang baik untuk menjadi orang Islam yang baik.

“Orang Kristen saya dorong untuk masuk gereja, karena gereja adalah sarana untuk menjadi orang Kristen yang baik. Kalau orang Kristennya baik, orang Islamnya aman. Kalau orang Islamnya baik orang Kristennya aman. Kalau orang Kristen, Islam, Hindu dan Buddhanya baik, maka Indonesia aman,” kata Gus Miftah disambut tepuk tangan meriah.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa potret Papua Selatan yang rukun dan damai dengan kekayaan alam dan beragam suku bangsa dan agama menjadi gambaran perwujudan Bhineka Tungga Ika (berbeda-beda tapi satu jua) di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

“Saya pengen mendudukkan bagaimana kita bertoleransi dengan baik. Silaturahmi kita dengan Allah bentuknya dengan ibadah yang baik dan saling menghormati perbedaan. Yang Muslim ke Mesjid, yang Kristen ke gereja, Hindu ke pura dan Buddha ke wihara,” ujarnya.

Ulama yang kerap dijuluki ustaz kaum marginal ini berpesan agar setiap pemeluk agama saling menghargai dan menghormati perbedaan agama dan keyakinan masing-masing dan tidak saling menyalahkan agama lain.

“Meyakini agamanya benar adalah hukumnya wajib. Tapi bukan berarti diperbolehkan menyalahkan agama orang lain,” pesan Ulama Miftah Maulana Habiburrahman.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

Sementara itu, Bupati Merauke Romanus Mbaraka dalam sambutannya menyampaikan, harapan agar ceramah Gus Miftah dapat menambah wawasan keagamaan, menanamkan toleransi, memberikan motivasi dan meningkatkan semangat keimanan masyarakat.

“Orang Merauke sudah mengikat hati dengan motto Izakod Bekai-Izakod Kai (Satu Hati Satu Tujuan), orang Merauke bisa saling mengasihi dan menjaga atau merawat kerukunan di tengah keberagaman suku, agama, rasa dan golongan,” kata Romanus Mbaraka.

Dia menghadirkan Da’i kondang, merupakan bentuk menepati janjinya kepada masyarakat Distrik Kurik yang mengaku rindu bertemu Gus Miftah, Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman.

Baca Juga : Sekda Papua Selatan Tegaskan Pejabat Pemprov Wajib Mundur Jika Maju Calon Kepala Daerah

Romanus Mbaraka juga menekankan pentingnya merawat persatuan dan menjalin kebersamaan di tengah perbedaan guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di ujung timur Nusantara, Merauke Papua Selatan.

“Kita hidup di bumi yang sama, namun takdir yang berbeda. Kita perlu bersyukur, dengan keberagaman akan lahirkan budaya yang berbeda-beda dan semakin memperkaya khasanah bangsa,” tutupnya. (*)

Penulis : Hendrik Resi
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646