0%
logo header
Minggu, 07 Agustus 2022 17:45

Cerita Komunitas Kelopak Baca di Taman Kamboja Banjarmasin, Dua Anak Asyik Baca Buku

Asril Astian
Editor : Asril Astian
Dina dan Fahmi, pelopor Kelopak Baca tengah menunggu pengunjung Taman Kamboja Banjarmasin. (Foto: Rahim Arza)
Dina dan Fahmi, pelopor Kelopak Baca tengah menunggu pengunjung Taman Kamboja Banjarmasin. (Foto: Rahim Arza)

REPUBLIKNEWS.CO.ID, BANJARMASIN – Dua anak itu tersenyum, sembari memegang buku komik Doraemon. Sesekali, mereka tengah fokus menatap bahan bacaannya. Ditengah keramaian kota, komunitas Kelopak Baca menggelar lapak buku di halaman Taman Kamboja, Jalan Anang Adenansi, Kelurahan Kertak Baru Ulu, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Mengenakan baju jeans, Dina Emelda merapikan buku-buku kolektifnya di atas kain berwarna kuning dan cokelat itu. Berbagai jenis buku tersajikan dalam lapak baca tersebut, mulai dari buku filsafat, sejarah, pendidikan, hingga anak-anak.

Di minggu pertama pada bulan Juni, komunitas Kelopak Baca ini mulai digelar bersama rekannya bernama Akhmad Fahmi Ramadhan. Kemudian, perlahan 3-4 orang terlibat dalam gerakkan literasi ini.

Baca Juga : Peringati HUT ke-18, Komisi Yudisial Wilayah Kalsel Hadirkan 4 Tokoh

“Baru jalan tiga bulan. Pertama kali digelar pada Minggu pertama dibulan Juni, sebenarnya keinginan ini sudah lama. Namun, baru saja dapat kami realisasikan,” ucap Dina Emelda kepada republiknews.co.id, Minggu (7/8/2022) pagi.

Dalam pertemuan itu, Dina mengaku sebenarnya bahwa Kelopak Baca ini tidak ingin disebut komunitas. Karena, kata dia, tidak ada susunan struktur yang jelas dalam gerakan kolektif ini. “Kalo ditanya siapa ketua dan sebagai. Tidak ada, yaitu kami berdua dan kawan-kawan lainnya, yang kadang turut membantu,” ujarnya.

Kata Dina, keinginan membentuk Kelopak Baca ini sudah lama. Bahkan, menurutnya setahun lalu bersama Fahmi ingin mewujudkannya. Pada akhirnya, mereka pun dapat menggelar lapak baca ini secara sederhana, dan berturut-turut ditiap Minggu pagi.

Baca Juga : PDIP Kalsel Gelar Upacara, Berry Nahdian Beri Pesan Ini di Hari Lahir Pancasila

Sebelumnya, Dina terinspirasi dengan seorang ibu yang cukup tua di salah satu warung, Jalan Cemara, Banjarmasin. Kata dia, sosok ibu itu membuka layanan bacaan layaknya perpustakaan dengan pelbagai bahan buku lainnya.

“Layanan buku itu berbayar, dan wadahnya seperti perpustakaan pada umumnya. Berawal dari itu, saya tertarik juga ingin punya taman baca,” ceritanya.

Tak lama, kata Dina, tempat itu tutup seketika. Dirinya pun merasa sedih ketika melihat sebuah ruang baca ditempat umum, namun tiba-tiba berhenti begitu saja. “Gak nyangka juga sih, maka dari itu kami ingin mendirikan Kelopak Baca ini,” kata perempuan kelahiran 1998 itu.

Baca Juga : Siti Setiyani, Cerita Seorang Kader TBC Komunitas

Ketika ditanya filosofi nama dari Kelopak Baca? Mereka mengaku nama itu dipilih secara gamblang saja, karena pada waktu itu Dina dan Fahmi tak sengaja melihat kelopak bunga yang terselip dibuku. Tiba-tiba, akronim dari Kelopak dan Lapak itu terasa sama dibaca, dan spontan mereka sepakati.

“Kalo dari saya sendiri memaknainya. Kelopak itukan bagian dari satu bunga, pastinya memerlukan kelopak-kelopak lainnya untuk menjadi satu,” ungkap Dina, tersenyum.

Kata Dina, mereka sendiri adalah kelopak itu. Kemudian, menurutnya orang-orang yang datang ke lapak baca ini, termasuk para penyumbang buku di luar sana juga adalah bagian kelopak tersebut. “Mereka membantu kami, supaya utuh jua,” kata dia.

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

Dan buku-buku yang terhampar itu dari koleksi milik pribadi mereka berdua, Dina dan Fahmi. Selebihnya, mereka peroleh dari bantuan sumbangan buku yang diberikan orang lain. “Kami tidak menginvetarisir buku-bukunya, berapa jumlahnya. Dan pasti lebih 40 buku, mungkin,” katanya.

Disamping itu, Fahmi menjelaskan buku-buku yang dirasa penting saja maka pihaknya bawa ke lapak baca tersebut. Memilah yang menurutnya pantas, serta diperlukan oleh anak-anak atau akrab yang dibaca oleh publik.

“Rencana memang ingin diperlebar lagi. Tapi masih dipikirkan juga, gimana baiknya,” kata Fahmi.

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

Pihaknya, kata Fahmi, telah menerima sumbangan buku dari luar pulau Kalimantan. Ada dua jenis buku yang diterimanya, yaitu buku religi dan buku anak-anak. Selama ini, kata dia, kehadiran Kelopok Baca banyak diminati oleh bocah-bocah cilik di kalangan sekitarnya.

“Sebenarnya, buku koleksi anak-anak masih kita perlukan,” ungkap Fahmi.

Pernah disuatu waktu, Fahmi ditanya oleh anak-anak. Saat pihaknya menawarkan buku-buku novel yang inspiratif, namun disanggah karena tidak ada gambar berwarnanya. “Ketika melihat novel, gak ada gambarnya,” tiru Fahmi, sumringah.

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

Membuat daya tarik anak-anak terhadap dunia literasi, Kelopak Baca memiliki treatmen tersendiri dalam pendekatannya, yaitu menyediakan buku gambar atau halaman kertas untuk dilukisnya dengan krayon berwarna. Hari itu, kata Fahmi, ada 10 lembar telah habis untuk digambar atau dicorat-coretnya saja, demi memenuhi imajinasi anak tersebut.

“Biasanya, ada 1-2 anak yang merapat karena menggambar itu. Setelahnya, mereka tertarik untuk memegang buku,” jelasnya.

Bahkan, kata Fahmi, segerombolan anak itu berebut untuk hanya menggambar. Dan mereka ceria usai mewarnai buku gambar tersebut. “Pendekatan itu berhasil untuk memikat mereka datang ke lapak ini,” katanya.

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

Terkadang, kata Fahmi, suasana suntuk kerap menyelimuti mereka sesaat ketika sepi pengunjung. Namun tak mengalahkan tujuannya, Fahmi menyadari adanya pengunjung atau tidak, tetap saja esensinya.

“Langkah mudahnya mengurangi ekspetasi, baik ada dan tidak adanya pengunjung. Lapak baca ini hadir,” ucap alumni mahasiswa Poliban itu.

Sesaat, dua anak mendekati lapak baca. Nama bocah itu adalah Maulana dan Ahmad Rifani, mereka berdua asal dari Panti Yayasan Pejuang Mulia. Ketika ditanya apakah sudah bisa membaca?

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

“Tidak mengejak, sudah lancar,” ucap Maulana, kalem.

Dalam kesempatan itu, Maulana mengaku suka gambar-gambar di komik itu, sekaligus isi bacaannya. “Gambar dengan isi tulisannya jua dibaca. Biar rame,” ujarnya.

Terkadang, kata Maulana, dirinya mengingat tokoh-tokoh dalam kartun dibuku tersebut. Sisanya, kata dia, lupa sendiri dengan asyik membaca serta melihat ilustrasi di dalamnya.

Baca Juga : Porseni NU 2023, Kontingen Kalsel Masuk Peringkat 13 Besar

Suasana itu, Kelopak Baca kerap mengabadikan wajah anak-anak itu dalam bingkai foto. Disisi emperan buku, terdapat papan tulis: lapak baca gratis, serta stiker yang dibagikannya. Dan rutinitas itu dilakukan pihaknya, setiap pada hari Minggu pagi dan berakhir jam 11.00 WITA. (*)

Penulis : Rahim Arza
Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646