REPUBLIKNEWS.CO.ID, WAKATOBI — Sosok La Dima, sudah begitu familiar di kalangan warga Pulau Kapota, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kakek berusia 65 tahun yang menjajalkan jasa sol sepatu keliling dari rumah ke rumah.
Dibalik senyum sungging bibir pria uzur ini, tersimpan getir hidup rasa. La Dima tak punya rumah, pun hidup melajang.
Menunggangi sepeda miliknya, La Dima menyusuri gang-gang jalan di Pulau Kapota untuk menemui warga yang membutuhkan jasa Pekerjaan yang dilakoninya sudah puluhan tahun terakhir.
Baca Juga : Srikandi Tangguh PLN Lalui Segala Tantangan Wujudkan Listrik Berkeadilan di Sulselrabar
Berangkat pagi pulang sore memburu rezeki. Rasa lelah jelas ada, sesekali ia merebahkan badan di atas gajebo milik warga untuk sekedar mengurangi rasa lelah.
Jika ada warga baik hati, terkadang ia disuguhkan secangkir kopi atau teh disaat dirinya menyelesaikan jahitan sepatu atau sendal.
Baginya pekerjaan ini satu-satunya sumber pundi-pundi uang agar ia bisa membeli satu liter beras dan juga ikan sebagai lauknya. Ia tak mencari lagi pekerjaan lain untuk penghasilan tambahan karena kedua lututnya sudah sakit-sakitan.
Baca Juga : Safari Ramadan di Pulau Tomia, Bupati Haliana Serahkan Bantuan Pembangunan Masjid Ratusan Juta
Dari hasil sol sepatu sehari ia bisa bawa pulang secercah uang Rp 60 ribu sampai dengan Rp 80 ribu.
“Tidak setiap hari saya bekerja, kebanyak saya menganggur karena menunggu orang yang minta saya jahitkan sepatu atau sendalnya,” ujarnya.
“Kalau lagi banyak job menjahit, Alhamdulilah, karena sisa uang beli beras atau ikan saya tabung,” lanjutnya.
Baca Juga : Gandeng Baznas, Bupati Haliana Serahkan Bantu Beras Kepada Lansia di Pulau Tomia
Kisah hidup La Dima memang tak seberuntung pria seusianya. Alih-alih diusianya yang kian senja, ia tak punya pendamping hidup. La Dima pria lajang.
Getir hidup La Dima bertambah karena dirinya juga tak punya rumah. Diketahui La Dima tinggal di Desa Kapota Utara, Pulau Kapota. Dirinya pernah numpang tinggal di rumah adiknya di desa itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun republiknews.co.id, La Dima sudah beberapa kali berpindah-pindah tempat tinggal ke tetangga atau rumah keluarga yang siap menampungnya.
Baca Juga : Loka POM Kota Baubau Awasi Makanan Kemasan di Wakatobi
La Dima merupakan pria perantau yang menghabiskan usia muda di kampung orang. “Yang penting selalu diberikan kesehatan. Rejeki, maut dan jodoh sudah diatur,” tukasnya.