REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR – Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPD PDIP Sulsel, Muhammad Iqbal Arifin memberikan catatan penting terkait debat calon wakil presiden (cawapres) yang digelar oleh KPU RI, Jumat (22/12/2023) malam.
Secara umum, Iqbal menilai, jalannya debat berlangsung tidak semenarik saat debat calon presiden pada 12 Desember lalu. Meskipun demikian, ada poin kunci dalam debat cawapres tersebut.
Momen itu terjadi saat sesi tanya jawab antar pasangan calon. Khususnya saat calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar bertanya kepada calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga : 251 Mahasiswa Unsa Makassar Wisuda, Didorong Bersaing di Era Digital
Pada sesi itu, Muhaimin bertanya kepada Gibran tentang bagaimana tipsnya sehingga berhasil membangun Kota Solo. Gibran pun menjawab dengan banyak pendekatan.
Namun yang disoroti khusus oleh Iqbal yakni saat Gibran menyebut Gubernur Jawa Tengah kala itu, Ganjar Pranowo punya peran besar dalam pembangunan dan kemajuan Kota Solo.
“Pak Ganjar diakui oleh Gibran telah memberikan ruang yang besar dalam keberhasilannya memimpin Kota Solo. Jadi peran serta dan andil besar Pak Ganjar dalam memajukan Kota Solo itu sesungguhnya diakui sendiri oleh Gibran,” kata Iqbal kepada awak media usai sesi debat berlangsung.
Baca Juga : Perempuan Ikut Terlibat di Program Digital Indosat Camp
Khusus penampilan Mahfud, Iqbal menilai, jagoannya tampil tanpa cela. Mahfud, katanya, mampu menguasai tema debat dengan apik dan menjelaskannya dengan detail sesuai dengan visi-misi pasangan calon nomor urut 3.
Khususnya bagaimana niat Ganjar-Mahfud menaikkan perekonomian Indonesia menjadi 7 persen dan menciptakan 17 juta lapangan pekerjaan baru.
“Ada tiga hal yang menjadi turunan dan keinginan tersebut. Pertama, bagaimana Indonesia sehat. Kemudian, bagaimana Indonesia berdaya. Ketiga, bagaimana Indonesia terampil,” kata caleg DPRD Sulsel Dapil V itu.
Baca Juga : Indosat Miliki Misi Olah Sampah Plastik Jadi Produk Bernilai
Sehat yang dimaksud ialah bagaimana Ganjar-Mahfud bertekad memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Lalu, pemberdayaan yang dimaksud ialah peran digitalisasi dalam peningkatan ekonomi mesti mendapat kepastian hukum dan regulasi yang jelas.
“Kemudian yang ketiga terampil. Terampil dalam hal ini bagaimana menggandakan anggaran yang ada di Indonesia. Terampil secara khusus, bahwa perlu diperadakan satu dusun satu sarjana. Kita harus ciptakan itu. Setiap ada komunitas atau kelompok masyarakat, kita harus ada sarjana di situ,” papar Iqbal.
“Karena Ganjar-Mahfud itu sangat konsisten, bahwa Indonesia ini harus bersekutu juga dengan ilmu pengetahuan. Dan kalau cuma bersekutu dengan ilmu pengetahuan, harus dibarengi dengan pemberantasan yang menyangkut KKN,” demikian Iqbal yang juga sahabat dekat Ganjar Pranowo itu. (*)