REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan Regional 6, Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) menilai stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi Selatan menunjukkan pertumbuhan positif di awal tahun 2024. Bahkan meskipun di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 lalu.
Kepala OJK Sulselbar Darwisman mengatakan, sejumlah faktor mempengaruhi kondisi tersebut salah satunya pada aktivitas realisasi kredit kepada UMKM yang tumbuh sebesar 10,10 persen secara year of year (yoy).
“Saat ini realisasi kredit UMKM di Sulsel menjadi Rp60,42 triliun dengan share sebesar 38,95 persen dari total kredit yang disalurkan Bank Umum di Sulawesi Selatan,” katanya, dalam keterangannya, kemarin.
Baca Juga : Husniah dan Warga Gowa Peringati Malam Nuzulul Quran di Masjid Agung Syekh Yusuf
Lanjutnya, pertumbuhan tertinggi terdapat pada kredit usaha mikro yakni 30,01 persen yoy menjadi Rp33,26 triliun. Kemudian, secara total, kredit UMKM telah disalurkan kepada 926.391 debitur dengan tingkat NPL terkendali pada level 4,91 persen.
Darwisman mengungkapkan, sektor lainnya yang mempengaruhi industri jasa keuangan di Sulawesi Selatan tetap stabil yakni pada kondisi perbankan. Dimana, total aset perbankan di Sulawesi Selatan posisi Februari 2024 tumbuh 10,00 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp190,95 triliun. Dimana, terdiri dari aset Bank Umum Rp187,30 triliun dan aset BPR Rp3,65 triliun.
Kemudian, untuk kondisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,42
persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp127,19 triliun. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh tinggi sebesar 12,34 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp158,08 triliun.
Baca Juga : Darmawangsyah: Pengelola Usaha di Perbatasan Gowa-Makassar Wajib Jaga Kebersihan
“Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 124,29 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) berada di level aman 3,08 persen,” jelasnya.
Untuk perbankan syariah turut menunjukkan pertumbuhan yang positif pada posisi Februari 2024 (yoy). Hal ini tercermin dari aset perbankan syariah yang tumbuh sebesar 13,54 persen yoy menjadi Rp14,20 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh cukup tinggi 19,01 persen menjadi Rp10,25 triliun, dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh double digit sebesar 14,97 persen yoy menjadi Rp12,14 triliun. Tingkat intermediasi perbankan Syariah juga berada pada level cukup tinggi 118,47 persen dengan tingkat NPF pada level aman 2,55 persen.