0%
logo header
Minggu, 04 Februari 2018 21:30

Tentang IAS di Sukamiskin

Tentang IAS di Sukamiskin

Oleh: Mukhtar Tompo

(Adik Ideologis dan Murid Politik Ilham Arief Sirajuddin)

Kamis, 1 Februari 2018, Aku tengadahkan tanganku memanjatkan doa lebih khusyuk dari biasanya. Di siang bolong nan sejuk, dalam masjid yang dipenuhi manusia-manusia yang sedang berjuang menemukan dirinya; memahami jati diri dan substansi kehadirannya sebagai manusia. Mungkin saja, tingkat kesadaran dan perenungannya mengalahkan kita semua yang hidup bebas di Bumi indonesia.

Baca Juga : Uji Kelayakan di PKS, IAS Singgung soal Isu Kotak Kosong dan Dampaknya untuk Sulsel

Batinku bergemuruh, darahku kurasakan mengalir lebih cepat. Jamaah masjid AL-MUKHLISH begitu ikhlas terlihat mewujudkan penghambaannya diri-Nya kepada Sang Khalik. Masjid itu terletak di dalam LAPAS Sukamiskin Bandung. Aku tertegun dan melihat diriku sendiri. Apakah aku lebih baik dari mereka? Aku bersyukur bisa salat berjamaah dengan mereka. Momen ini telah memberikan aku Ilham dalam perenungan yang cepat. Terima kasih Tuhan.

Selain tentang Ilham Tuhan yang bisa diberikan kepada siapa saja hambanya yang dikehendaki, saya akan menceritakan tentang sosok manusia yang secara khusus kutemui di Lapas Sukamiskin Bandung. Sosok manusia yang sifat dan karakternya tidak berubah. Murah senyum, periang, suka membantu secara ikhlas, bagiku, mungkin sifat ini juga adalah bagian dari ilham Tuhan kepadanya. Sesuai namanya, Ilham Arief Bin Sirajuddin.

Seusai salat, wirid dan doa, aku menunggu sosok Ilham di depan masjid. Orang yang aku rindukan karena lama tak bersua. Aku menunggu di luar masjid, agak lama. Beberapa jamaah menyampaikan bahwa pak Ilham duduk di shaf paling depan. “Tungguin saja,” kata mereka.

Baca Juga : IAS Jadi Bacagub Sulsel Pertama yang Kembalikan Formulir di PKB

Aku pun kembali menunggu, memang saya dan teman-teman yang lain salat di masjid itu mendapat shaf bagian belakang. Jadi tak sempat melihat pak Ilham, yang menurut info selalu di saf paling depan dan tak pernah meninggalkan sholat berjamaah 5 waktu di masjid.

Lebih dari setengah jam, saya menunggu di luar masjid. Setelah akhirnya aku dapat melihat sosoknya dari jauh. Ia begitu khusuk menunduk membaca Alquran. Lembar demi lembar diselesaikannya, sebuah rutinitas mulia yang dilakukannya sejak menghuni Rutan di lapas Sukamiskin Bandung. Setelah menyelesaikan beberapa lembar Bacaan Qur’an, ia pun bergegas keluar masjid. Ia begitu begitu kaget, melihat kami datang. Ia pun langsung memeluk saya dan menyalami teman-teman yang lain. Satu demi satu, begitu hangat, begitu bersahabat. Kami saling bertatap dan berpelukan lagi.

Kami lalu diajak ke tempat istirahatnya. Ia pun mulai bercerita panjang lebar. Masalah dunia dan juga tentang Akhirat. Bagi IAS, terlepas dari kasus yang menderanya, ia mengambil hikmah besar. Baginya, ini adalah cara Tuhan untuk mengasah jiwa, merenungi diri dan membuatnya lebih dekat dengan Tuhan.

Baca Juga : Institut Andi Sapada Parepare Siap Terima Ratusan Maba S1 dan S2, Sediakan Program Beasiswa

Selama disini, ia memiliki banyak waktu mengaji, belajar tentang kedirian, falsafah hidup, akhirat dan belajar lebih dalam mengasah jiwa. Ia merasakan betapa batin itu juga butuh makanan, yang selama ini kerap tidak banyak dilakukan karena kesibukan seputar urusan-urusan dunia.

Pak IAS lalu menjamu kami kopi dan pisang goreng, makin menghangatkan suasana. Belakangan kami ketahui bahwa pak Ilham berpuasa pd hari ini. Sebuah rutinitas yang tidak pernah putus beliau lakoni setiap hari senin dan kamis, sedari dulu hingga kini, dalam suasana apapun.

Kenangan Masa Lalu

Baca Juga : Lewat Talkshow Pesona Ramadhan J-PRO Makassar, Masyarakat Diajak Mengenali Skema Investasi

Sosok IAS yang aku kenal dulu tak ada bedanya sekarang. Wajahnya yang tenang, senyumnya yang khas, wawasannya yg luas, semua itu menjadi sifat dan karakter dirinya yg khas. Keramahan dan kesantunannya menjadi ciri khas, sungguh tak beda dari apa yg aku lihat dan rasakan sejak saya berkenalan tahun 2003 silam. Kala itu dihelat pemilihan Walikota Makassar, dimana pak IAS maju sebagai calon walikota berpasangan dengan A. Hery Iskandar.

Saat terpilih, beliau meluncurkan program brilian “Makassar Bersih” yang disambut antusias oleh masyarakat. Saat itu, saya masih merupakan aktivis mahasiswa yang kebetulan menjabat sebagai presiden Mahasiswa di UIT, tak mau ketinggalan momen.

Saya mengundang secara khusus Pak IAS sbg Walikota masuk kampus. Bagi saya, program ini harus di sambut oleh kampus. Aktivis mahasiswa harus terlibat, atas nama lembaga BEM UIT, saya mengundang beliau u hadir dlm ” Aksi Makassar Bersih ” yg di helat oleh kampus dgn melibatkan masy di Rappocini, program ini sangat diterima oleh masyarakat dan berhasil. Kedatangan pak IAS membawa banyak manfaat positif di kampus saat itu, yang dirasakan hingga kini.

Baca Juga : Lewat Talkshow Pesona Ramadhan J-PRO Makassar, Masyarakat Diajak Mengenali Skema Investasi

Ujian Bagi Ilham

Setelah menjabat sebagai Walikota Makassar selama dua periode, 2004-2009 dan 2009 dan 2014, Ilham tiba-tiba ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ilham ditersangkakan dengan dugaan korupsi kerja sama pengelolaan dan transfer uang di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar.

Kasus ini terkesan dipaksakan kepada Pak Ilham. Bayangkan, KPK telah menetapkan Ilham sebagai tersangka pada 7 Mei 2014, sedangkan proses pemeriksaan baru dimulai pada bulan Juni 2015. Artinya, selama lebih dari setahun Ilham harus menyandang predikat tersangka, tanpa kejelasan pelanggaran hukum yang dilakukannya.

Baca Juga : Lewat Talkshow Pesona Ramadhan J-PRO Makassar, Masyarakat Diajak Mengenali Skema Investasi

Apalagi pada 12 Mei 2015, PN Jakarta Selatan mengabulkan permohonan gugatan praperadilan Ilham lantaran KPK dianggap tak memiliki bukti yang sah untuk menjeratnya sebagai tersangka. Hal itu merujuk pada kesaksian Amiluddin, penyelidik KPK, yang tak mampu mempertahankan argumen penetapan tersangka Ilham. Sebab, dia tak bisa menunjukkan laporan Badan Pemeriksa Keuangan yang menjadi dasar penetapan Ilham menjadi tersangka.

Upaya memaksakan kehendak tersebut, tampak dengan penetapan ulang Pak Ilham sebagai tersangka pada tanggal 05 Juni 2015. Proses hukum Ilham cukup panjang dan berbelit, sampai proses Kasasi di Mahkamah Agung (19/10/2016), beliau divonis empat tahun penjara. Hingga kini, saya tetap berkeyakinan, bahwa Ilham telah menjadi korban politisasi hukum.

Pak Ilham boleh saja menjalaninya vonis hukum dengan ikhlas . Sebuah kasus unik yang tidak pernah terbukti namun tetap jadi tersangka. Inilah fakta hukum, dan dijalani pak IAS dengan lapang dada. Jiwa ikhlasnya mengalahkan kesedihan batinnya.

Baca Juga : Lewat Talkshow Pesona Ramadhan J-PRO Makassar, Masyarakat Diajak Mengenali Skema Investasi

Walau demikian, saya yakin di batin masyatakat pak IAS adalah martir, pak IAS adalah tokoh, pak IAS tetap didamba dan terus dirindu oleh masyarakat sampai kapan pun. Hukum boleh membingungkan, tapi hati, perasaan dan batin masyarakat tak boleh di intervensi. Masyarakat bisa menilai dan biarlah itu menjadi doa yang tulus. Direspon oleh alam dan diaminkan oleh para Malaikat. Penjara akhirnya tdk menjadi hukuman bagi pak IAS, tp menjadi ILHAM bagi dirinya.

Bagi siapa pun yg membuat rekayasa dan desain yang membuat IAS terjerat hukuman seperti sekarang, akan menjadi momok dan penjara bagi dirinya suatu waktu nanti. Begitulah hukum alam berlaku, karena Tuhan tak pernah Tidur. Mereka bisa membuat rekayasa dan tipu daya, tapi dia lupa bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat rekayasa.

Sehat dan panjang umurlah pak IAS, masyarakat menantikan DIRIMU.

Baca Juga : Lewat Talkshow Pesona Ramadhan J-PRO Makassar, Masyarakat Diajak Mengenali Skema Investasi

Sukamiskin, 1 Februaris 2018.

Salam Batin

MUKHTAR TOMPO

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646