REPUBLIKNEWS.CO.ID, JAKARTA — PT PLN (Persero) Tbk atau PLN Group siap menjadi garda terdepan dalam upaya penurunan emisi dengan mengambil peran aktif dalam bursa perdagangan karbon di Indonesia.
Upaya tersebut merupakan wujud komitmen perseroan dalam melakukan transisi energi di tanah air.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) yang telah diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo, di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, September 2023 akan semakin menarik.
Baca Juga : Di Hadapan Komunitas Perempuan MAJU Malangke Barat, Abang Fauzi Komitmen Prioritaskan Pendampingan UMKM
Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2.
Menurut Darmawan, hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
“Kami terus mendukung pemerintah untuk mengembangkan ekosistem perdagangan karbon. Beberapa pilot project telah kami lakukan sehingga hari ini, sistem perdagangan karbon bisa dilakukan,” katanya dalam keterangannya, Senin, (02/10/2023).
Baca Juga : 251 Mahasiswa Unsa Makassar Wisuda, Didorong Bersaing di Era Digital
Lanjutnya, bukti keseriusan PLN dalam memimpin perdagangan karbon di Indonesia adalah dengan mendapatkan Sertifikat Penurunan Emisi (SPE) pertama di Indonesia dimana ini melalui mekanisme non konversi dengan mekanisme internasional.
“Kita akan segera melantai di bursa karbon dengan penurunan emisi terbesar,” tegasnya.
Tidak hanya terdaftar di bursa, PLN juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi 3 dari 4 aspek perdagangan karbon. Mulai dari perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung, dan perdagangan offset melalui bursa.
Baca Juga : Perempuan Ikut Terlibat di Program Digital Indosat Camp
Terlebih lagi, PLN sudah memiliki platform PLN Climate Click, di mana aktivitas perdagangan karbon, baik perdagangan emisi dan offset emisi, sudah mulai dilakukan sejak 8 September 2023 lalu.
“Saat PLN masuk bursa beberapa waktu ke depan, kami akan langsung menjadi pemilik SPE dengan penurunan emisi terbesar. Kami juga akan meluncurkan aplikasi PLN Climate Click yang sudah siap digunakan untuk carbon trading yang belum dimiliki perusahaan lain,” tambahnya.
Lebih lanjut Darmawan mengungkapkan, unit pembangkit berbahan bakar gas pertama di Indonesia, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang akan memimpin langkah pembangkit PLN masuk ke bursa karbon.
Baca Juga : Indosat Miliki Misi Olah Sampah Plastik Jadi Produk Bernilai
PLTGU ini telah memiliki SPE Gas Rumah Kaca (GRK) dari Kementerian LHK dan tercatat berhasil menurunkan karbon dioksida setara hampir 1 juta ton di 2022. PLTGU Blok 3 Muara Karang telah menggunakan 100 persen bahan bakar gas yang telah diregasifikasi dari LNG pada Floating Storage and Regassification Unit (FSRU) dengan menggunakan suplai LNG.
PLTGU ini juga dilengkapi dengan teknologi gas turbin terbaru dan paling efisien yang menggunakan metode Combine Cycle.
“PLN saat ini tidak hanya menyediakan listrik tetapi menghadirkan energi yang rendah emisi, itu dari mana? Ya tentu bersumber dari pembangkit energi baru terbarukan,” ujarnya.
Baca Juga : Indosat Miliki Misi Olah Sampah Plastik Jadi Produk Bernilai
Ia mengungkapkan, pihaknya membangun skenario transisi energi yang ambisius melalui Accelerated Renewable Energy Development. Sehingga secara agresif dengan menambahkan porsi pengembangan energi terbarukan hingga 75 persen di 2040 mendatang dengan 25 persen, di antaranya dari gas alam.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, langkah yang dilakukan PLN ini menjadi bagian dari upaya transisi energi yang dilakukan Indonesia.
“Hal ini menandakan langkah besar dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia,” terang Siti.