0%
logo header
Senin, 13 Mei 2024 17:45

Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (2)Tiga ‘Jimat’ yang Buat ‘Survive’

M. Imran Syam
Editor : M. Imran Syam
Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (2)Tiga ‘Jimat’ yang Buat ‘Survive’

REPUBLIKNEWS.CO.ID, MAKASSAR — Asmawi mengaku tidak menyesal dengan pengalaman tersebut. Pada masa para aktivis ditahan ada keputusan tidak tertulis bahwa mereka yang berkaitan dengan kasus Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) di Jakarta tertutup peluangnya menjadi pegawai negeri dan sejenisnya. Tetapi Amiruddin yang menjabat Rektor Unhas ketika itu punya taktik sendiri ‘mengelabui’ kebijakan tersebut. Para aktivis itu diangkat dulu jadi dosen baru disuruh pergi sekolah ke luar negeri. Kak Taslim Arifin dan Madjid Sallatu yang dikirim ke Filipina, misalnya. Setelah meraih gelar “magister of arts” (M.A.) mereka kembali. Situasi pun sudah berubah.

“Itu menjadi guru kehidupan bagi saya. Ada tiga ‘jimat’ (hal) yang membuat saya ‘survive’. Pertama, pernah menjadi aktivis mahasiswa. Kedua, aktivis organisasi ekstra-universitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan ketiga aktif dalam olahraga karate. Ketiga-tiganya diapresiasi oleh teman-teman oleh teman-teman aktivis dari kampus lain dalam pertemuan lima hari yang lalu,” beber Asmawi dalam pertemuan yang juga dihadiri Andi Muhammad Akhmar, Direktur Hubungan Alumni dan Pengembangan Dana Abadi Unhas.

Mereka bercerita saat berkumpul dengan Asmawi, rupanya para aktivis mahasiswa Unpad itu sekembali dari Makassar (dulu Ujungpandang) dan tiba di Bandung, semuanya diinterogasi. Kebetulan mereka baru bercerita saat meninggal salah seorang mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad, Adi Jamal yang berkarier di Kantor Pajak. Perekat jaringan ini, bukan hanya karena berasal dari universitas melainkan lantaran latar belakang sebagai aktivis.

Baca Juga : Obituari Hasyim Ado: Pernah Dibantingi Pistol

Asmawi merupakan satu-satunya aktivis dari luar Jawa yang masuk ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada masa itu. Sekitar 22 orang yang kemudian berkarier di beragam lembaga adalah para aktivis mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa. Mereka itu rata-rata sampai pada posisi direktur. Setelah ditelusuri, mereka itu rata-rata mencapai posisi direktur. Asmawi satu-satunya yang berhasil menduduki kursi Direktur Utama BRI.

Kerap muncul dalam diskusi di antara mereka, ternyata kemampuan ini hanya dimiliki oleh mereka yang tergolong memiliki idealisme. Dan itu diwariskan kepada para aktivis. Mereka itu tidak mencari hidup dan pekerjaan di Jakarta, melainkan membawa idealisme yang sarat dengan integritas yang selalu bertumbuh dengan perubahan.

“Jadi merasakan dinginnya sel Kodam dan Kodim itu, saya tidak sesali. Sebab dari perjalanan hidup itu kemudian melahirkan apresiasi hingga menjadi sesuatu,” kata Asmawi.

Baca Juga : Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (5-Habis)Wawancara Sambil Bermain Golf dengan Wapres

Rizal Ramli (alm.) yang pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB (di Unhas Kak Taslim Arifin menjabat Ketua Dewan Mahasiswa Unhas dan Asmawi menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas pada periode yang sama), termasuk seorang aktivis yang kariernya melambung karena sempat menjadi menteri. Rizal Ramli yang lahir  10 Desember 1954 di Padang dan meninggal di Jakarta 2 Januari 2024, termasuk teman diskusi Asmawi.  Meskipun almarhum ini sering berseberangan dengan Pak Jusuf Kalla (JK) yang menjadi ‘mentor’ Asmawi, namun persahabatan mereka tetap terjaga.

“Kalau saja saya bukan aktivis, mungkin begitu-begitu saja. Susah menjabat jabatan. Jadi direktur saja mungkin susah. Ini karena mereka mengapresiasi apa yang dilakukan pada saat itu,” urai Asmawi. (M. Dahlan Abubakar, Bersambung)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected] atau Whatsapp +62 813-455-28646