REPUBLIKNEWS.CO.ID, BARRU — Ratna, mengenakan celana panjang berbahan jeans, berbaju kaos warna hijau neon berdiri disebelah mesin spinner (alat pengering bawang goreng). Sorotan matanya fokus memastikan bahwa kinerja dari alat tersebut maksimal agar kualitas dari bawang goreng yang dihasilkan sesuai standar.
Di depan Ratna, berdiri perempuan lainnya yang ikut sibuk memastikan alat pembuangan dari mesin spinner tetap mengeluarkan minyak dari hasil pengeringan bawang goreng. Sementara di samping kanan Ratna, sibuk perempuan lainnya dengan usia paruh baya menggoreng bawang dengan lebih dulu membumbuinya “bumbu rahasia”.
Ratna dan sejumlah perempuan yang penulis temui merupakan bagian dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Desa, di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Dalam kelompok ini beranggotakan 34 perempuan yang sebagiannya adalah ibu-ibu rumah tangga di desa setempat.
Baca Juga : Sentra Gakkumdu Sulsel Dorong Pengawasan Partisipatif Melalui Pelatihan Paralegal Pemilihan
Sejak 2017, KWT Bunga Desa telah memproduksi bawang goreng dengan alat-alat yang terbatas. Sebab mereka masih menggunakan sistem manual, keterbatasan mesin ini pun membuat hasil produksi bawang gorengnya sangat terbatas. Tetapi sejak 2023 lalu, melalui bantuan perlengkapan dan peralatan produksi yang diberikan PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi, KWT Bunga Desa mampu mengembangkan hasil produksi bernama “Bawang Goreng Budi” lebih banyak dengan durasi yang lebih cepat.
“Kami telah memproduksi bawang goreng sejak 2017 lalu, tetapi awalnya masih sistem manual. Nanti setelah masuk bantuan PLN Peduli kita bisa memproduksi banyak pesanan karena dibantu alat yang lebih modern dan canggih,” kata Ratna, Ketua KWT Bunga Desa, saat ditemui di rumah produksinya, di Desa Lampoko, Senin, 14 Oktober 2024 lalu.
“Bantuannya itu berupa mesin pemotong, mesin pengering bawang merah, hingga mesin pengemas masing-masing satu unit,” katanya lagi.
Baca Juga : Yamaha Institute Serahkan 7 Motor ke SMK Binaan di Sulselbar Tahun Ini
Ratna mencontohkan, sebelum adanya bantuan alat mesin modern, mereka memproduksi 5 kilogram (Kg) bawang merah menjadi bawang goreng dengan durasi satu hari. Tetapi, setelah menggunakan alat dari bantuan PLN para ibu-ibu dari KWT Bunga Desa dapat memproduksi 30 Kg selama 1 hari.
“Kami produksi bawang goreng itu dua kemasan, ada 100 gram harga Rp20 ribu, dan kemasan 200 gram harga Rp40 ribu,” sebut Ratna.
Ia mengaku, dalam sebulan, KWT Bunga Desa dapat memproduksi bawang goreng sebanyak 10 kali dengan total sekali produksi 30 Kg atau 15 kemasan berat 200 gram. Artinya, jika diakumulasikan dalam sebulan, pihaknya memproduksi sebanyak 150 kemasan (200 gram) atau senilai Rp6 juta.
Baca Juga : Paguyuban Jawa di Selayar Deklarasi Dukung Danny-Azhar di Pilgub Sulsel 2024
“Kami ada penghasilan tambahan untuk membantu ekonomi keluarga, apalagi disini banyak ibu rumah tangga yang menggantungkan pemasukannya dari jualan bawang goreng ini. Banyak ibu-ibu yang terbantu dari bantuan PLN ini,” terangnya.
Bantuan yang diberikan PLN melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini tentunya memberikan dampak luar biasa dalam pengembangan usaha para perempuan di desa tersebut, utamanya yang tergabung dalam KWT Bunga Desa. Dalam program TJSL PLN UIP Sulawesi ini tak hanya memberikan bantuan alat pengelolaan bawang goreng, tetapi juga membekali mereka dengan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas usahanya.
Antara lain, pelatihan pemasaran, dan perbaikan kemasan. Dari pelatihan tersebut, pengembangan pemasaran dari produk bawang goreng KWT ini telah merambah ke ritel-ritel atau minimarket yang ada di Kabupaten Barru. Bahkan melalui pemanfaatan teknologi digital yang juga didapatkan dari pelatihan PLN, pihaknya telah berhasil memasarkan hingga ke luar daerah.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
“Kami juga menjual lewat Facebook pribadi, sampai sekarang itu sudah dijual hingga ke Parepare, dan beberapa kota lainnya di Sulawesi Selatan. Bahkan ada sampai Kalimantan pembelinya,” ungkap Ratna.
Ratna pun mengaku, dengan hasil produksi yang jauh lebih banyak, dan jangkauan pemasaran lebih luas ia pun mampu memberikan pemasukan tambahan bagi keluarganya. Apalagi, bantuan PLN ini bukan hanya memberikan manfaat kepada dirinya dan perempuan lainnya, tetapi juga para petani lainnya melalui bantuan bibit bawang merah.
“Suami kami yang juga petani dibantu bibit bawang merah dan hasil produksinya banyak. Kita dibantu lagi alat usaha, makanya kami olah agar semakin meningkatkan hasil dan menambah pemasukan,” ujarnya.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Terpisah, Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi PLN UIP Sulawesi Nur Akhsin mengaku, PLN senantiasa memberikan dukungan bagi UMKM untuk bisa dikelola secara mandiri. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat melalui bantuan TJSL perusahaan yang dalam hal ini pengembangan usaha.
Upaya ini, juga merupakan komitmen PLN terhadap prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
“PLN akan terus memberikan pendampingan dan pemberdayaan kepada para pelaku UMKM demi meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat di sekitar pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan,” katanya.
Pengembangan Sektor Pertanian Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Pengembangan sektor pertanian yang difokuskan PLN UIP Sulawesi di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru telah dimulai sejak 2021 lalu. Bantuan berkelanjutan hingga 2023 ini pun berhasil mengantarkan desa tersebut sebagai Desa Mandiri Ketahanan Pangan.
Nur Akhsin menjelaskan, bantuan TJSL ini berawal pada 2021 lalu, dimana waktu itu masyarakat setempat membutuhkan bantuan peralatan pertanian untuk menggarap lahan yang kurang produktif. PLN UIP Sulawesi pun menganggarkan Rp90 juta untuk pengadaan dua unit Traktor Rotari yang diberikan kepada dua kelompok tani yakni, Kelompok Tani Taro Ada Taro Gau dan Kelompok Tani Maminasae.
Bantuan alat pertanian ini pun berhasil dimanfaatkan para petani hingga saat ini. Bantuan ini pun kemudian bersifat berkelanjutan, dimana pada 2022 kelompok tani yang ada di desa tersebut dibantu bibit bawang merah sebanyak 1.650 kilogram (Kg) senilai Rp82,5 juta. Ribuan bibit bawang merah ini berhasil dimanfaatkan oleh 50 petani yang ada.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
“Selanjutnya kami melihat ada potensi usaha dari hasil produksi bawang merah ini yang akan memberikan nilai tambah. Khususnya kepada kelompok wanita tani yang ada disana. Makanya di 2023 kami pun melanjutkan progam bantuan ini untuk memberikan pembinaan UMKM,” jelasnya.
Dalam pembinaan ini, PLN UIP Sulawesi memberikan peralatan dan bahan produksi untuk produk bawang goreng, serta pelatihan peningkatan kapasitas bagi anggota KWT Bunga Desa, di Desa Lampoko. Dari program ini, PLN menganggarkan sebesar Rp100 juta.
“Total bantuan yang telah tersalurkan untuk program ini selama tiga tahun mencapai Rp272,5 juta dan telah memberikan dampak yang signifikan,” sebut Nur Akhsin.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Selain di sektor pertanian, progam TJSL PLN UIP Sulawesi juga menyasar sektor pendidikan hingga pemenuhan air bersih. Progam ini pun dicanangkan PLN di sekitar wilayah Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) yang ada di wilayahnya, meliputi Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
“Ini telah menjadi komitmen kami, bahwa daerah yang menjadi wilayah pembangunan kami, baik itu transmisi, gardu induk, maupun pembangkit akan kita berikan bantuan yang tentunya memberikan dampak positif. Salah satunya dalam hal kemandirian ekonomi masyarakat,” terangnya.
Di wilayah Kabupaten Barru sendiri saat ini telah dibangun Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilovolt (Kv) PLTU Barru 1-2.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Kepala Desa Lampoko Budiman mengaku, bantuan PLN UIP Sulawesi di sektor pertanian ini berhasil mendorong peningkatan produksi petani. Bahkan dari bantuan bibit bawang merah tersebut, semakin melengkapi komoditas yang dihasilkan di desa tersebut.
“Awalnya petani kami memang memproduksi bawang merah, tapi jumlahnya tidak banyak. Dengan adanya bantuan ini, Barru, khususnya di Desa Lampoko kini dikenal sebagai daerah pemasok bawang merah,” ujarnya.
Atas capaian tersebut, Desa Lampoko kini telah dikategi dikategorikan sebagai desa mandiri dalam hal ketahanan pangan. Apalagi saat ini luas lahan yang telah digarap kelompok tani sebesar 20 hektare (Ha) dengan komoditas pertanian beragam. Mulai dari bawang merah, padi, kacang tanah, kacang hijau, dan lainnya.
Bawang Merah Pembawa Untung
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Ketua Kelompok Tani Taro Ada Taro Gau Nurdin mengatakan, bantuan bibit bawang merah dari PLN memberikan keberuntungan yang cukup besar bagi para petani. Pasalnya, dari bantuan 50 kilogram (Kg) bibit mampu memproduksi 1 ton bawang merah atau senilai Rp30 juta. Berbeda, jika petani memproduksi komoditas lain seperti padi.
Ia menganalogikan, jika memproduksi bawang merah 50 Kg di lahan 10×10 meter dapat menghasilkan Rp30 juta, sementara pada komoditas padi hasilnya baru setara Rp30 juta jika ditanam di atas lahan 1 hektare (Ha).
“Banyak sekali untungnya kalau bawang merah, daripada padi. Memang kami sudah tanam bawang merah sejak 9 tahun lalu, tapi baru dikembangkan dengan maksimal setelah adanya bantuan dari PLN. Awalnya itu bantuannya dari pemerintah desa,” ungkapnya.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Belum lagi, dalam proses panen bawang merah tersebut terbilang cepat. Sehingga hasilnya jauh lebih cepat dirasakan oleh 27 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Taro Ada Taro Gau ini.
“Alhamdulillah karena adanya bantuan traktor, dan bibit bawang merah sangat memberikan manfaat kepada kita para petani. Apalagi kalau penjualannya sangat tinggi, ini sangat luar biasa pemasukan untuk kita petani,” terang Nurdin.
Bahkan, memproduksi bawang merah ini sifatnya berkelanjutan. Sebab, hasil produksi dari komoditas tersebut selain bisa dijual, juga bisa dijadikan bibit untuk diproduksi kembali.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
“Hasilnya sebagian kita jual, dan sebagian lagi kita jadikan bibit, makanya berkelanjutan ki,” sebutnya.
Apalagi, dalam bantuan PLN ini bukan hanya menyasar petani yang pada umumnya adalah laki-laki, tetap juga kepada para petani perempuan melalui pembinaan KWT.
Terpisah, Budiman mengaku, sebagian lahan di wilayah Desa Lampoko merupakan lahan tidur. Sementara, lahan tersebut dinilai memberikan peluang yang cukup besar dalam mengembangkan pertanian di desa tersebut. Dari kondisi ini pun dirinya kemudian mengagas proposal bantuan kepada PLN melalui UIP Sulawesi.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
“Lahan yang dibantu PLN ini sebelumnya merupakan lahan tidur, tapi saat ini telah banyak menghasilkan komoditas pertanian yang memberikan dampak pada sektor ketahanan pangan,” ujarnya.
Kedepannya, ada beberapa hal yang akan didorong pemerintah desa dalam mewujudkan kemandirian ekonomi daerah melalui sektor ketahanan pangan. Pertama, mendorong petani bagaimana mendorong peningkatan produksinya. Kedua, berkomitmen untuk memaksimalkan anggaran dana desa, yang dimana aturannya 20 persen dari dana desa akan dikelola untuk ketahanan pangan.
Ketiga, yaitu bagaimana kita saling berkoordinas dalam hal pemasaran produk-produk pelaku UMKM agar dapat menembus pasar yang lebih besar.
Progam Sosial dari Daerah ke Tingkat Nasional
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Program TJSL PLN, khususnya pada pengembangan usaha masyarakat lokal di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru ini berhasil mendapatkan pengakuan hingga ke tingkat nasional.
Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya meraih penghargaan Penghargaan Platinum lewat Penganugerahan Indonesia SDGs Award (ISDA) 2023 yang diselenggarakan oleh Corporate Forum for CSR Development (CFCD). Selanjutnya, di 2024 menerima Platinum Plus di Ajang Penganugerahan Nusantara CSR Awards 2024 oleh La Tofi School of Social Responsibility pada kategori SDG’s #8 Pertumbuhan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
“Penghargaan ini adalah bukti nyata PLN UIP Sulawesi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan sejak 2021 hingga saat ini,” aku Nur Akhsin.
Baca Juga : Penetapan Renja DPRD Makassar Tahun 2025, Pj Sekda Tekankan Pentingnya Libatkan Seluruh Elemen
Kepala Desa Lampoko Budiman, tentunya merasa bangga atas prestasi yang dicapai oleh PLN UIP Sulawesi, melalui progam pembinaan ke masyarakat di wilayahnya.
“Kami sebagai penerima manfaat tentunya bahagia dan gembira dengan presentasi membanggakan ini. Semoga dari penghargaan-penghargaan ini, PLN juga dapat kembali memberikan kami bantuan dalam rangka mendorong pengembangan masyarakat,” terangnya singkat.