0%
logo header
Minggu, 28 April 2024 22:21

Catatan Mudik Lebaran 2024: (1) “Diskriminasi” Kecil di KM Tilongkabila

Mulyadi Ma'ruf
Editor : Mulyadi Ma'ruf
Catatan Mudik Lebaran 2024: (1) “Diskriminasi” Kecil di KM Tilongkabila

Pengantar:
Pemimpin Redaksi “republiknews.co.id”, M.Dahlan Abubakar, pada Lebaran 2024 melakukan perjalanan mudik terlama, 14 hari, ke kampung halaman. Dalam lawatan yang awalnya untuk bersilaturahim dengan orang tua dan keluarga di kampung halaman, dia menyempatkan diri mengunjung berbagai objek wisata di daerah kelahirannya. Berikut catatan mudiknya dimulai hari ini. (Redaksi).

Mudik lebaran 2024 ini, ternyata mencatat rekor paling lama saya lakukan selama ini. Saya harus meninggalkan Makassar dan berada di tanah kelahiran selama tepat dua minggu (15 hari) termasuk dengan perjalanan. Jika mengikuti agenda pertama, membeli tiket KM Tilongkabila yang berangkat 3 April 2024, masa tinggal mudik pun akan jauh lebih lama, 17 hari.

Setelah mengantongi tiket dengan jadwal perjalanan 3 April 2024, ternyata muncul informasi ada tiket gratis yang ditawarkan PT Pelni pada tanggal 6 April 2024. Padahal, agen PT Pelni yang biasa menjadi langganan saya membeli tiket menyebutkan, tiket untuk pelayaran 6 April 2024 sudah habis. Rupanya, pihak agen ingin menghabiskan penjualan tiket tanggal 3 April karena ternyata tikel 6 April disediakan bagi pemudik gratis.
Buru-buru putra saya, Haryadi (Hery) meluncur ke kantor PT Pelni untuk mengubah jadwal perjalanan dari 3 ke 6 April 2024. Sayang, tiket gratis trayek Bima sudah habis dan yang tersedia hanya gratis hingga Labuan Bajo.

Baca Juga : Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (1)Kepemimpinan Pelayan versi Habibie

Setelah berdiplomasi dengan bagian penjualan tiket, akhirnya rombongan yang berjumlah tujuh  orang memperoleh tiket gratis hingga Labuan Bajo. Sisanya, Labuan Bajo-Bima harus membeli tiket baru lagi. Sisa pengembalian harga tiket yang sekitar Rp 1 juta lebih dimanfaatkan untuk membeli tiket baru trayek Labuan Bajo-Bima.

“Daripada  harus berdiri selama 8 jam, lebih baik kita beli tiket yang ada tempat tidurnya,” Hery berdalih ketika berhasil mengantongi tiket untuk seluruh rombongan.

Persoalan baru ternyata muncul. Tiket gratis dan lanjutannya dari Labuan Bajo ke Bima justru menempati posisi tempat tidur di Dek 2 paling ujung. Bukan persoalan dek 2 dan paling ujungnya yang dikeluhkan, melainkan di dek 2 itu fasilitas yang disediakan KM Tilongkabila ternyata sedikit diskriminatif. Colokan listrik untuk pemasangan kipas angin dan menge-charge, baterai gawai (handphone—HP) tidak tersedia. Tidak hanya itu, pendingin ruangan di dek 2 ini tidak berfungsi maksimal. Bahkan, tiupannya pun tidak terasa.

Baca Juga : LPPM Unhas Gelar Pengabdian di Majelis Taklim Gowa

Apa yang ada di dek 2 tersebut sangat berbeda  dengan yang disediakan di dek 3, 4, dan 5. Jangan heran, jika di dek 2 ini kita akan menemukan banyak penumpang laki-laki yang tidur bertelanjang dada. Sayang, saya tidak sempat mengabdikannya demi alasan Pancasila,  “perikemanusiaan”.

“Menikmati’ diskriminasi fasilitas ini saya tidak sempat bertanya kepada kru kapal, karena juga jarang mereka mengontrol ke tempat saya menumpang kapal selama 28 jam Makassar-Bima. Untuk menyiasati suasana gerah dan menge-charge gawai, saya terpaksa berkelana ke dek 3, kebetulan ada Dahlan Yunus bersama istri, anak dan cucunya, yang menikmati tiket gratis dan membeli lebih lambat dari saya untuk tujuan Bima.

Pelayaran KM Tilongkabila 6 April 2024 ini didominasi oleh peserta mudik Labuan Bajo dan Bima. Di Labuan Bajo, KM Tilongkabila yang sandar pada pukul 01.00 tanggal 7 April 2024 harus berhenti selama 2,5 jam karena sekitar 400 orang penumpang harus turun di pelabuhan dan kota  yang kian menarik minat kunjungan banyak wisatawan ini. Puluhan penumpang tujuan Lombok dan Bali juga naik di Labuan Bajo, sebelum kapal melanjutkan perjalanan ke Bima pada pukul 03.00 dan tiba pada pukul 10.00 tanggal 7 April 2024.

Baca Juga : Catatan Mudik 2024: (10-Habis).“Banjir” di KM Tilongkabila

Seperti yang dibayangkan, turunnya banyak pemudik di Pelabuhan Bima membuat KM Tilongkabila “lari kosong” ke Lombok dan Bali. Dalam pelayaran ini, kapal produksi Jerman ini mengangkut sekitar 1.200 penumpang, sementara pada tanggal 3 April 2024 dilaporkan kapal ini mengangkut sedikitnya 1.400-1.500 penumpang. (Bersambung)

Redaksi Republiknews.co.id menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi.republiknews1@gmail.com atau Whatsapp +62 813-455-28646