REPUBLIKNEWS.CO.ID, BANJARMASIN — Pameran Drawing Garis-Garis Seribu Sungai (DGGSS) yang diselenggarakan oleh Sanggar Sholihin di UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, pada Sabtu (21/5/2022) lalu.
Perhelatan ini dalam rangka ‘Bulan Menggambar Nasional’ yang digagas oleh Edo Pop dan kawan-kawan perupa di Yogyakarta, serta mengajak kawan-kawan se-Indonesia untuk menginisiasi kegiatan yang secara serentak di seluruh Indonesia ini, termasuk Banjarmasin.
Seorang Kurator, Badriansyah Hurmansyah, pelukis asal Banjarmasin ini menyampaikan bahwa ada beberapa karya yang diseleksi oleh kurator dalam meramaikan pameran drawing ini, di antaranya yakni Ahmad Noor, Umar Sidik, Badri Hurmansyah, Maui Chiver, Sabrina Tiara Fatiha, Hajriansyah, Rokyat, M Syahriel, Fathur Rahmy, Cahyo Purwadi, Didik Agus, Rizka Azizah Hayati, Innasya Pritama, Naily Irvina, Fatur, Rizky A Setiawan, Muhammad Rizaldi, Dhea Qistina, Arina Rifqina dan Robert Nasrullah.
Baca Juga : Perkuat Kolaborasi, Kakorlantas Polri dan Jasa Raharja Bahas Strategi Keselamatan Lalu Lintas
Dalam kesempatan itu, Badri mempertunjukkan karya seni rupanya berjudul Borneo adalah perjalanan, yang melukiskan nilai kehidupan terhadap dirinya selama ini.
“Karena saya menangkap adalah perjalanan itu sebuah warna dan garis, sebab bentuk manusia itu bukan wujud tubuh tetapi memori,” ujarnya.
Kata Badri, lewat lukisan itu dapat menggambarkan memori yang menangkap sebuah masalalu dan masa depannya. Menurutnya, lewat bentuk warna serta garis yang dilukiskan itu, maka seseorang dapat melihat manusia secara karya seninya tersebut.
Baca Juga : Jasa Raharja Salurkan Santunan Rp650 Juta untuk Korban Kecelakaan Selama PAM Lebaran 2025 di Kalsel
“Untuk masuk dalam seleksi pameran ini, mereka harus memenuhi kriteria drawing tersebut. Drawing itu melukis dengan media kering,” jelas Badri.
Badri memaparkan bahwa perbedaan painting dengan drawing, adalah medium yang digunakannya. Medium painting, kata dia, harus menggunakan cat basah dan sebaliknya drawing. “Total karyanya, mungkin lebih 100 karya seni rupa yang terpajang di dinding pameran ini,” ucap alumni Pesantren Rakha Amuntai itu.
Karena, kata Badri, satu senimannya ada yang menghasilkan 60 karya seni rupa drawing tersebut. Sementara, kata dia, dirinya memperoleh 12 karya yang terpajang dalam pameran DGGSS.
Baca Juga : Jasa Raharja dan Polda Kalsel Gelar Mudik Gratis 2025, 400 Pemudik Diberangkatkan
“Tua dan muda, berkolaborasi dalam meramaikan pameran drawing ini.”
Dalam sambutan, Kasi Dokumentasi dan Publikasi UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Nita Aulia menyampaikan bentuk dukungan penuh terhadap pelukis yang selalu mencintai karyanya lewat pameran di Sanggar Sholihin. Kata dia, momentum ini mengajak masyarakat untuk melestarikan kekaryaannya dalam dunia seni, sehingga dapat mengembangkan bakatnya tersendiri.
“Pameran grawing ini, pelukis bisa mengembangkan lebih jauh lagi. Supaya, menarik peminat dan bibit-bibit seni di luar sana,” ujarnya.
Baca Juga : Jasa Raharja Kalsel Bersinergi dalam Pengamanan Mudik Lebaran 1446 H
Lantas, kata Nita, perlu diperluaskan lagi informasi terkait publikasi kekaryaan seni rupa asal Kalimantan Selatan ini. Supaya, msnurutnya lebih dikenal banyak masyarakat. “Saat ini, mungkin kurang terpublikasi aja. Dari sanggar-sanggarnya,” kata dia.
Ke depan, kata Nita, UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan berencana mengadakan lomba lukis dari Kabupaten/Kota. Dari situ, kata dia, menimbulkan kembali bentuk apresiasi kepada seniman di daerah yang kurang terpublikasi, termasuk bibit baru di sana.
“Selain itu, bagaimana juga lukisan itu dapat mengangkat budaya Banjar. Lukisan itukan bercerita lewat visualnya,” ungkap Nita.
Baca Juga : Jasa Raharja Kalsel Bersinergi dalam Pengamanan Mudik Lebaran 1446 H
Nita berpesan kepada generasi muda yang nantinya sebagai penerus seniman, maka awali dulu dengan kesenangan. Sehingga, kata dia, perlahan akan mengembangkan ke hal lain seperti menambah referensi dalam melukis. “Apalagi era sekarang serta teknologi, bisa mereka cari di sana. Bisa dipelajari, bahkan sampai ke alirannya,” tandasnya.