REPUBLIKNEWS.CO.ID, WAKATOBI — Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau menyatakan, masyarakat Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mestinya bersyukur karena dikaruniahi “burung kacamata Wangi-wangi” yang sangat berperan penting dalam menjaga ekosistem.
Tony Sumampau mengungkapkan, burung kacamata Wangi-wangi merupakan salah satu satwa langkah yang populasinya hanya ditemukan di daratan wilayah Pulau Wangi-wangi. Dan tidak ditemukan di daerah lainnya di Indonesia.
Burung yang juga dikenal dengan sebutan latin ‘Zosterops paruhbesar’ tergolong andemik yang populasi dihabitat aslinya kini mulai menurun akibat perburuan liar.
“Burung yang hanya ditemukan di Pulau Wangi-wangi justru rentan dari perburuan dialam. Bila tidak segera dilaksanakan tindakan kelestarian segera mungkin secara kolektif,” kata Tony Sumampau, dalam acara sosialisasi Program Konservasi Kacamata Wangi-wangi (Zosterops paruhbesar) di hotel Wisata, Jumat (21/07/2023).
Baca Juga : Pemkab Wakatobi Salurkan Paket Pangan Murah
Penting menjaga kelestarian kacamata Wangi-wangi. Pun pada tahun 2019 lalu lanjut dia, Taman Safari Indonesia membangun sarana penangkaran kacamatan Wangi-wangi di Taman Safari dua di Jawa Timur sebagai langkah konservasi.
“Kini total burung hasil dari penangkaran tersebut sebanyak 26 ekor dan burung-burung tersebut kami siap untuk lepas liarkan kembali di Pulau Wangi-wangi ini sesuai dengan protokol,” terangnya.
Langkah lain yang ditempuh sambung Tony Sumampau, pada tahun 2022, Taman Safari Indonesia bekerjasama dengan pihak Balai Taman Nasional (BTN) Wakatobi memprogramkan konservasi di Pulau Wangi-wangi. Meski begitu, upaya ini dinilai belum cukup. Dibutuhkan peran aktif masyarakat, khusunya para pemangku kepentingan di daerah untuk menjaga kelestarian burung mungil ini.
Baca Juga : Lampu di Pulau Kaledupa Wakatobi Resmi Menyala 24 Jam
“Dikesempatan yang baik ini kami bersama Balai Taman Nasional ingin mengajak para pemangku kebijakan di pulau Wangi-wangi ini, terutama bapak bupati beserta unsur-unsur pemerintahan di Kabupaten, tokoh masyarakat, pelaku industri pariwisata turun serta dalam melestarikan kacamata Wangi-wangi,” pintanya.
Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW), Darman, menambhakan, kacamata Wangi-wangi merupakan burung asli Wakatobi yang sangat berperan aktif membantu para petani lokal agar tanamnya tidak diserang hama. Hal ini karena kacamata Wangi-wangi merupakan burung pemakan ulat.
“Kalau di Sultra kita bangga dengan bumi anoa, Wakatobi mungkin kita mulai memikirkan burung kebanggaan kita yang tidak ada ditempat lain burung kacamata Wangi-wangi ini. Saya kira jangan sampai kita terlambat dalam artian kita membiarkan burung sendirian dialama tidak diurus, pada akhirnya orang lain yang akan bercerita banyak bagaimana melestarikan atau populasi dari burung kacamata Wangi-wangi,” tukasnya.
Bupati Wakatobi, Haliana, yang membuka acara ini mengakui bahwa burung kacamata Wangi-wangi juga merupakan aset besar yang harus dilindungi di daerah KSPN Wakatobi. Artinya tugas pemerintah bukan hanya melindungi karang dan ikan, akan tetapi melindungi kacamata Wangi-wangi juga kegiatan melestarikan alam Wakatobi.
“Ini luar biasa karena pada akhirnya akan menambah jenis-jenis burung yang ada di dunia, kalau misalnya baru 1001 ini akan menjadi 1002 dengan burung Kacamata Wangi-wangi,” tuturnya.
Perlu diketahui, ciri-ciri fisik burung kacamata Wangi-wangi adalah ukuran tubuhnya lebih besar dari kacama lain dengan paruh besar berwarna kuning, tidak seperti jenis burung kacamata lain yang memiliki paruh berwarna hitam atau abu-abu. Kacamatan Wangi-wangi hanya ditemukan di Pulau Wangi-wangi, sedangkan kacamatan Wakatobi, tersebar di kepulauan Wakatobi lainnya. (*)